Selasa, 15 November 2016

BEKERJA DALAM ISLAM

BEKERJA DALAM ISLAM
TUGAS MANDIRI MATA KULIAH MSDM
DOSEN PENGAMPU: DR.H.UNDANG AHKAM,M.Ag
Description: Description: Description: cropped-Logo-UIN-Bandung.png

Disusun oleh:
NAMA: BETI HARDIYANTI
NIM: 1141030036
SEMESTER: 5A
FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN ILMU QURAN DAN TAFSIR
2016/2017
KATA PENGANTAR
ASALAMUALAIKUM WR. WB
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang memberikan kita karunia yang begitu besar. salah satu karunia terbesar yang diberikan Allah adalah dengan diturunkannya Al-Qur’an kepada nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW, Dimana Al-qur’an ini menjadi kajian utama bagi mahasiswa/mahasiswa IQT.
Alhamdulillah makalah ini telah selesai disusun, untuk memenuhi tugas dari mata kuliah MSDM, mudah-mudahan makalah menjadi bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pemakalah. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.


Wasalam

PENULIS
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah ini saya susun sendiri untuk memenuhi tugas dari mata kuliah MSDM (Menejemen Sumber Daya Manusia) pada program studi IQT (Ilmu Qur’an Dan Tafsir), seluruhnya merupakan tulisan saya sendiri dan bebas Plagiasi.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan ini mengutip dari karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.


Bandung, October 2016
PENULIS

BETI HARDIYANTI



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................... i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI..................... ii
DAFTAR ISI............................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ...............................  1
B.     Rumusan Masalah  ........................................ 1
C.     Tujuan Masalah.............................................. 1
D.    Manfaat Penulisan ........................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI.................................. 3
BAB iii PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bekerja ........................................ 4
B.     Prinsip Bekerja .............................................. 6
C.     Etos Kerja Seorang Muslim.......................... 12
D.    Bekerja Dengan Keimanan .......................... 15



BAB III PENUTUP
A.    Simpulan ...................................................... 18
B.     Saran ............................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur masalah akhirat saja tetapi islam juga mengatur masalah duniawi. Salah satu masalah duniawi yang paling berpengaruh di dunia sekarang ini adalah bekerja.
Bekerja selalu identik dengan masalah gaji atau uang dimana ketika  melakukan pekerjaan/bekerja pasti mengharapkan sebuah upah yang akan menunjang kehidupan. Pembahasan dalam makalah ini tidak akan mengangkat masalah upah tetapi membahas mengenai sikap atau prinsip yang harus dimiliki seorang muslim dalam melakukan pekerjaan.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian kerja?
2.      Apa saja prinsip-prinsip bekerja dalam islam?
3.      Apa saja etos kerja dalam islam?
C.     Tujuan penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui apa itu pengertian kerja atau pekerjaan, dan apa saja prinsip-prinsip dalam bekerja yang harus dimiliki oleh seorang muslim.
D.    Manfaat tulisan
Agar mengetahui bagaimana pekerjaan dapat menjadi nilai ibadah bagi seorang muslim. Dan pembaca khusunya pemakalah dapat merealisasikan prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seorang pekerja muslim.



BAB II LANDASAN TEORI
a.       Kerja
Kerja menurut Toto Tasmara dalam bukunya “membudayakan etos kerja yang islami” mendefinisikan bahwa kerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
b.      Prinsip kerja
Prinsip menurut Toto Tasmara adalah hal yang secara fundamental menjadi martabat diri atau dengan kata lain, prinsip adalah bagian paling hakiki dari harga diri.
c.       Etos kerja
Toto Tasmara memaknai ethos dengan sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.
Dalam makalah ini akan di bahas mengenai pengertian prinsip dan etos kerja dalam islam .
BAB III PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kerja
Kata kerja dalam KBBI artinya kegiatan melakukan sesuatu.[1] Kerja adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang baik sendiri atau bersama orang lain, untuk memproduksi suatu komoditi atau memberikan jasa.[2] Sedangkan menurut Toto Tasmara Kerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.[3] Dapat disimpulkan bahwa bekerja adalah kegiatan yang dilakukan seseorang baik individu maupun kelompok untuk mendapatkan sesuatu salah satunya adalah mendapatkan materi untuk kehidupanya.
Kerja merupakan sarana memenuhi tuntutan yang bersifat pembawaan. Menurut al-Faruqiy, manusia memang diciptakan untuk bekerja. Kerjanya adalah ibadahnya. Terhadap mereka yang enggan bekerja al-Faruqiy menyatakan, mereka tidak mungkin menjadi muslim yang baik. Apalagi kalau dikaitkan dengan iman, perbuatan atau kerja islami justru merupakan manifestasi dan bagian daripadanya. Dengan ungkapan lain, iman adalah landasan, sedangkan perbuatan atau kerja merupakan konsekuensi dan cara melakukannya.
Sistem keimanan yang membangun aqidah dan melahirkan amal-amal islami, baik yang berkenaan dengan Hablumminallah maupun Hablumminannas termasuk pelaksanaan tugas menjadi khalifah Allah di muka bumi oleh manusia, semestinya bersumber dari ajaran-ajaran wahyu (al-Qura’an dan al-Hadits).
Dari gambar di atas, tampak jelas bahwa amal dan kerja islami ternyata menjadi muara sekaligus pernyataan dari seluruh kawasan tujuan hidup orang islam. Ternyata islam tidak merekomendasikan kehidupan yang hanya mengejar “hasanah” di akhirat dengan cara mengabaikan “hasanah” di dunia. Bahkan ajaran islam menegaskan bahwa mengabaikan keduniaan serta menganggap remeh urusannya adalah sikap negatif, tercela dan keluar dari garis fitrah serta jalur as-sirat al-mustaqim. Oleh karena itu, Rasul melarang cara berpikir anti dunia karena senang pada akhirat.
B.     Prinsip Bekerja
Prinsip-prinsip bekerja dalam rangka mengelola keuangan antara lain:
1.      Niat bekerja adalah untu beribadah kepada Allah. Dalil yang menunjukan hal tersebut adalah ( Adzariat: 56-57)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾  مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan” (Adzariat: 56-57)
يعملون له ما يشاء من محاريب وتماثيل وجفان كالجواب وقدور راسيات اعملوا آل داوود شكرا وقليل من عبادي الشكور

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.” (QS Saba’ (34): 13)
Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah bekerja sebagai tanda syukur kepada Allah.[4]
2.      Kerja adalah untuk memakmurkan alam semesta, dalil yang menunjukan hal tersebut adalah
وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون

            “Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Albaqarah 30)
وإلى ثمود أخاهم صالحا قال يا قوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره هو أنشأكم من الأرض واستعمركم فيها فاستغفروه ثم توبوا إليه إن ربي قريب مجيب
            Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (Hud: 61)
Firman Allah yang menyebutkan bahwa barangsiapa yang bercocok tanam disini, maka ia akan menikmati hasilnya disana, apa saja yang ia kerjakan di sana akan diberi imbalan. Dengan demikian manusia dituntut untuk tahu tujuan hidupnya dan rahasia dibalik penciptaannya. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi hamba Allah yang memimpin alam bukan untuk menjadi hamba dari yang diciptakan-Nya.[5]
3.      Tujuan dan orientasi bekerja adalah sebagai investasi amal shaleh untuk kebahagiaan hidup di akherat sekaligus kebahagian hidup di dunia terpenuhi keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al –Qashas: 77)
“Sesungguhnya untuk dirimu atasmu ada hak, untuk badanmu atas dirimu ada hak, dan untuk istrimu atas dirimu ada hak, maka berikanlah semua hak kepada yang memilikinya” (HR Bukhari)

4.      Mencari penghasilan yang halal adalah Fardhu (Wajib) Dalil yang menunjukkan hal ini : Sabda Rasulullah SAW: “Mencari penghasilan halal adalah sesuatu yang fardhu setelah fardhu lainnya” (HR Al-Baihaqi) Sabda beliau yang lain: Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “ Usaha apakah yang paling baik” beliau menjawab; “Kerja seorang lelaki dengan tangannya, dan semua jual beli yang mabrur (baik)”. Dalam riwayat lain, “Usaha apakah yang paling utama ? (HR.Al-Bazzar dan Ahmad)
5.      Bekerja pada bidang-bidang yang baik serta menghindari segala yang diharamkan kotor (keji). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah : “Katakanlah tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu.” (Al-Maidah 100) Katakanlah “siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan ) rizki yang baik ”Katakanlah : semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” (Al-a’raf : 32)
Telah sampai kepada kita dari Muhammad SAW bahwa beliau bersabda: “Sungguh, seorang hamba memasukkan satu suap makanan haram ke perutnya, Allah SWT tidak menerima amalnya selama empat puluh hari, dan siapapun seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih baik baginya “ (HR Ath –Thabrani )
6.      Mengangkat dan mendelegasikan pekerjaan pada ahlinya (cakap) Allah SWT berfirman: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakain (dari harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik “ (Annisa’:5) Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”, berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) , sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (Yusuf: 54-55) “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kami ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (Al-Qashas: 26) Berkenaan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mengangkat seseorang sebagai pegawai (pekerja) dari suatu kaum, padahal pada kaum itu terdapat seseorang yang diridlai (cakap,saleh dan beriman) oleh Allah dari padanya, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang dan orang-orang yang beriman (HR.Al-Hakim, ia berkata:”shahihul isnad”)
7.      Membayar zakat Perintah demikian berdasar firman Allah SWT “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka (At-Taubah 103)
C.     Etos kerja dalam islam
Etos berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak, karakter. Toto Tasmara memaknai ethos dengan sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.[6] John M. Echols dan Hasan Shadily memaknai ethos adalah karakteristik, sikap, kebiasaan, atau kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok orang atau manusia.[7] Secara terminologis, ethos digunakan dalam tiga pengertian, yaitu: (1) suatu aturan umum atau cara hidup, (2) suatu tatanan dari perilaku, (3) penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.[8]
Dari kata ethos, terbentuklah kata ethic yaitu pedoman, moral dan perilaku, atau dikenal pula etiket yaitu cara bersopan santun. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).[9]
Dalam bekerja seorang muslim memiliki tiga tanggung jawab, yaitu terhadap tuhan, orang lain dan diri sendiri oleh karena itu seorang muslim harus memiliki etos kerja  Diantaranya adalah
a.       Mereka kecanduan terhadap waktu (Menyusun tujuan, realisasi, kerja, evaluasi),
b.       Hidup berhemat dan efisien
c.        Ikhlas
d.       Jujur
e.       Memiliki komitmen (Tekad dan keyakinan, tidak mudah menyerah),
f.       Istiqomah,
g.       Berdisiplin (berhati-hati dan tanggungjawab dalam kerja)
h.      Konsekuen dan berani menghadapi tantangan,
i.         Memiliki sikap percaya diri ,
j.        Kreatif
k.       Bertanggung jawab (kerja sebagai amanah)
l.        Mereka bahagia karena melayani/ menolong
m.     Memiliki harga diri
n.      Memiliki jiwa kepemimpinan
o.      Berorientasi ke masa depan
p.      Memiliki jiwa wiraswasta
q.      Memiliki insting bertanding
r.        Mandiri (Independent)
s.       Kecanduan belajar dan haus mencari ilmu
t.        Memiliki semangat perantauan
u.      Memperhatikan kesehatan dan gizi
v.      Tangguh dan pantang menyerah
w.    Berorientasi pada produktivitas
x.      Memperkaya jaringan silaturahim
y.      Memiliki semangat perubahan.
D.    Bekerja Dengan Keimanan
Sebenarnya umat Islam termasuk beruntung karena semua pedoman dan panduan sudah terkodifikasi. Kini tinggal bagaimana menterjemahkan dan mengapresiasikan-nya dalam kehidupan.
Setiap pekerjaan yang dilakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam kerangka pencapaian Ridha Allah. Cara melihat seperti ini akan memberi dampak, misalnya, dalam kesungguhan menghadapi pekerjaan. Jika seseorang sudah meyakini bahwa Allah SWT sebagai tujuan akhir hidupnya maka apa yang dilakukannya di dunia tak dijalankan dengan sembarangan. Ia akan mencari kesempurnaan dalam mendekati kepada Al Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan inderawi yang berada pada dirinya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupannya. Ini bisa berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi dirinya bekerja tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada Yang Maha Suci. Lebih seksama lagi, ia akan bekerja  secara profesional. Sikap tersebut berawal dari ketakwaan individu terhadap Allah, yang berlanjut pada kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol, dan menghitung seluruh amal perbuatannya secara adil kemudian akan membalasnya dengan pahala atau siksaan . kesadaran inilah yang menuntut individu untuk cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras dalam memperoleh ridha Allah, dan memiliki hubungan yang baik dengan relasinya.[10]
Di dalam kaitan ini, al-Qur’an banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negatif. Di dalam al-Qur’an banyak kita temui ayat tentang kerja misalnya :  kata ‘amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat  an-Nahl: 97..
Di samping itu, al-Qur’an juga menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan bagian dari iman, pembukti bahwa adanya iman seseorang serta menjadi ukuran pahala hukuman, Allah SWT berfirman:
“…barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh…” (Al-Kahfi: 110)
Ada juga ayat al-Qur’an yang menunjukkan pengertian kerja secara sempit misalnya firman Allah SWT kepada Nabi Daud As.
Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu…” (al-Anbiya: 80)
Dalam surah al-Jumu’ah ayat 10 Allah SWT menyatakan :
“ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (al-Jumu’ah: 10)
Pengertian kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam amatlah luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup.



BAB IV PENUTUP
a.       Simpulan
Bekerja merupakan kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja seorang muslim harus memiliki prinsip-prinsip dan etos kerja yang tinggi serta menjadikan pekerjaan sebagai ibadah kepada Allah.
b.      Saran
Sebagai seorang muslim, kita harus mengaplikasikan  prinsip-prinsip kerja Islami yaitu kerja harus ditegakkan diatas dasar taqwa, kerja menentukan nilai manusia, kerja ditentukan oleh kualitas bukan kuantitas, kerja harus dilakukan dengan ilmu,  dan kerja melahirkan ilmu.
Pada sisi yang lain, sebagai seorang muslim, juga sudah seharusnya dalam bekerja selalu didasari oleh etos kerja Islami, yang berporoskan pada tiga tanggung jawab, yaitu, tanggung jawab terhadap Tuhannya (Allah SWT), tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan tanggung jawab terhadap orang lain.



DAFTAR PUSTAKA
Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (semarang CV, Widiya karya, 2009),
Yusuf Qardawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. ( Jakarta Gema Insani pers, 1995)
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja yang Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an Julid I, (Jakarta: Gema Insani, 2005
Dr. Yusuf al-Qaradlawi, Al Sunnah, Mashdaran li al-Ma’rifah al-Hadlarah, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997),
Muhammad, “Etika Kerja”, dalam Hidup adalah Surga, (Jakarta: Republika,2003)
Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm.8



[1] Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (semarang CV, Widiya karya, 2009), cet VIIII, h 242
[2] Yusuf Qardawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. ( Jakarta Gema Insani pers, 1995)
[3]  Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja yang Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 27
[4] Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an Julid I, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 196

[5]  Dr. Yusuf al-Qaradlawi, Al Sunnah, Mashdaran li al-Ma’rifah al-Hadlarah, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), hlm. 312

[6] Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995)
[7] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000)
[8] Musa Asy’ari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Lesfi dan IL, 1997)
[9] WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986)
[10] Muhammad, “Etika Kerja”, dalam Hidup adalah Surga, (Jakarta: Republika,2003), hlm.127-128

1 komentar:

  1. Alhamdulillah sangat membantu sekali makalah ini semoga barokah dan sehat selalu untuk penulis , amin amin ya rabb

    BalasHapus