BEKERJA
DALAM ISLAM
TUGAS
MANDIRI MATA KULIAH MSDM
DOSEN
PENGAMPU: DR.H.UNDANG AHKAM,M.Ag
Disusun
oleh:
NAMA:
BETI HARDIYANTI
NIM:
1141030036
SEMESTER:
5A
FAKULTAS
USHULUDDIN JURUSAN ILMU QURAN DAN TAFSIR
2016/2017
KATA
PENGANTAR
ASALAMUALAIKUM
WR. WB
Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang memberikan kita karunia yang begitu
besar. salah satu karunia terbesar yang diberikan Allah adalah dengan
diturunkannya Al-Qur’an kepada nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW, Dimana
Al-qur’an ini menjadi kajian utama bagi mahasiswa/mahasiswa IQT.
Alhamdulillah
makalah ini telah selesai disusun, untuk memenuhi tugas dari mata kuliah MSDM,
mudah-mudahan makalah menjadi bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pemakalah.
Kritik dan saran sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah-makalah
selanjutnya.
Wasalam
PENULIS
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Saya
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah ini saya susun sendiri untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah MSDM (Menejemen Sumber Daya Manusia) pada
program studi IQT (Ilmu Qur’an Dan Tafsir), seluruhnya merupakan tulisan saya
sendiri dan bebas Plagiasi.
Adapun
bagian-bagian tertentu dalam penulisan ini mengutip dari karya orang lain telah
dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah.
Bandung, October 2016
PENULIS
BETI HARDIYANTI
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................... i
PERNYATAAN
BEBAS PLAGIASI..................... ii
DAFTAR
ISI............................................................ iii
BAB
1 PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah ............................... 1
B. Rumusan
Masalah ........................................ 1
C. Tujuan
Masalah.............................................. 1
D. Manfaat
Penulisan ........................................ 2
BAB
II LANDASAN TEORI.................................. 3
BAB
iii PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bekerja ........................................ 4
B. Prinsip
Bekerja .............................................. 6
C. Etos
Kerja Seorang Muslim.......................... 12
D. Bekerja
Dengan Keimanan .......................... 15
BAB
III PENUTUP
A. Simpulan
...................................................... 18
B. Saran
............................................................ 18
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah
Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur masalah
akhirat saja tetapi islam juga mengatur masalah duniawi. Salah satu masalah
duniawi yang paling berpengaruh di dunia sekarang ini adalah bekerja.
Bekerja selalu identik dengan masalah gaji atau uang
dimana ketika melakukan
pekerjaan/bekerja pasti mengharapkan sebuah upah yang akan menunjang kehidupan.
Pembahasan dalam makalah ini tidak akan mengangkat masalah upah tetapi membahas
mengenai sikap atau prinsip yang harus dimiliki seorang muslim dalam melakukan
pekerjaan.
B. Rumusan
masalah
1. Apa
pengertian kerja?
2. Apa
saja prinsip-prinsip bekerja dalam islam?
3. Apa
saja etos kerja dalam islam?
C. Tujuan
penulisan
Tujuan
penulisan ini adalah untuk mengetahui apa itu pengertian kerja atau pekerjaan,
dan apa saja prinsip-prinsip dalam bekerja yang harus dimiliki oleh seorang
muslim.
D. Manfaat
tulisan
Agar
mengetahui bagaimana pekerjaan dapat menjadi nilai ibadah bagi seorang muslim.
Dan pembaca khusunya pemakalah dapat merealisasikan prinsip-prinsip yang harus
dimiliki oleh seorang pekerja muslim.
BAB
II LANDASAN TEORI
a. Kerja
Kerja
menurut Toto Tasmara dalam bukunya “membudayakan etos kerja yang islami”
mendefinisikan bahwa kerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai
tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan
prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
b. Prinsip kerja
Prinsip
menurut Toto Tasmara adalah hal yang secara
fundamental menjadi martabat diri atau dengan kata lain, prinsip adalah bagian
paling hakiki dari harga diri.
c. Etos kerja
Toto Tasmara
memaknai ethos dengan sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi
terhadap nilai bekerja.
Dalam makalah ini akan di bahas
mengenai pengertian prinsip dan etos kerja dalam islam .
BAB
III PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kerja
Kata kerja dalam KBBI artinya kegiatan melakukan
sesuatu.[1]
Kerja adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang baik sendiri atau bersama
orang lain, untuk memproduksi suatu komoditi atau memberikan jasa.[2] Sedangkan
menurut Toto Tasmara Kerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai
tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam
mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk
mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah
SWT.[3] Dapat disimpulkan bahwa
bekerja adalah kegiatan yang dilakukan seseorang baik individu maupun kelompok
untuk mendapatkan sesuatu salah satunya adalah mendapatkan materi untuk
kehidupanya.
Kerja
merupakan sarana memenuhi tuntutan yang bersifat pembawaan. Menurut al-Faruqiy,
manusia memang diciptakan untuk bekerja. Kerjanya adalah ibadahnya. Terhadap
mereka yang enggan bekerja al-Faruqiy menyatakan, mereka tidak mungkin menjadi
muslim yang baik. Apalagi kalau dikaitkan dengan iman, perbuatan atau kerja
islami justru merupakan manifestasi dan bagian daripadanya. Dengan ungkapan
lain, iman adalah landasan, sedangkan perbuatan atau kerja merupakan
konsekuensi dan cara melakukannya.
Sistem
keimanan yang membangun aqidah dan melahirkan amal-amal islami, baik yang
berkenaan dengan Hablumminallah maupun Hablumminannas termasuk pelaksanaan
tugas menjadi khalifah Allah di muka bumi oleh manusia, semestinya bersumber
dari ajaran-ajaran wahyu (al-Qura’an dan al-Hadits).
Dari
gambar di atas, tampak jelas bahwa amal dan kerja islami ternyata menjadi muara
sekaligus pernyataan dari seluruh kawasan tujuan hidup orang islam. Ternyata
islam tidak merekomendasikan kehidupan yang hanya mengejar “hasanah” di akhirat
dengan cara mengabaikan “hasanah” di dunia. Bahkan ajaran islam menegaskan
bahwa mengabaikan keduniaan serta menganggap remeh urusannya adalah sikap negatif,
tercela dan keluar dari garis fitrah serta jalur as-sirat al-mustaqim. Oleh
karena itu, Rasul melarang cara berpikir anti dunia karena senang pada akhirat.
B.
Prinsip Bekerja
Prinsip-prinsip bekerja dalam rangka
mengelola keuangan antara lain:
1.
Niat bekerja adalah untu beribadah kepada Allah. Dalil yang
menunjukan hal tersebut adalah ( Adzariat: 56-57)
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا
أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka
dan dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan” (Adzariat:
56-57)
يعملون له ما
يشاء من محاريب وتماثيل وجفان كالجواب وقدور راسيات اعملوا آل داوود شكرا وقليل من
عبادي الشكور
“Para jin itu
membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi
dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk
yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk
bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima
kasih.” (QS Saba’ (34): 13)
2.
Kerja adalah untuk memakmurkan alam semesta, dalil yang
menunjukan hal tersebut adalah
وإذ قال ربك
للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء
ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون
“Dan Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Albaqarah 30)
وإلى ثمود أخاهم
صالحا قال يا قوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره هو أنشأكم من الأرض واستعمركم
فيها فاستغفروه ثم توبوا إليه إن ربي قريب مجيب
Dan kepada
Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (Hud: 61)
Firman Allah yang menyebutkan bahwa
barangsiapa yang bercocok tanam disini, maka ia akan menikmati hasilnya disana,
apa saja yang ia kerjakan di sana akan diberi imbalan. Dengan demikian manusia
dituntut untuk tahu tujuan hidupnya dan rahasia dibalik penciptaannya. Manusia
diciptakan Allah untuk menjadi hamba Allah yang memimpin alam bukan untuk
menjadi hamba dari yang diciptakan-Nya.[5]
3.
Tujuan dan orientasi bekerja adalah sebagai investasi amal
shaleh untuk kebahagiaan hidup di akherat sekaligus kebahagian hidup di dunia
terpenuhi keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al –Qashas:
77)
“Sesungguhnya untuk dirimu atasmu ada
hak, untuk badanmu atas dirimu ada hak, dan untuk istrimu atas dirimu ada hak,
maka berikanlah semua hak kepada yang memilikinya” (HR Bukhari)
4.
Mencari
penghasilan yang halal adalah Fardhu (Wajib) Dalil yang menunjukkan hal ini :
Sabda Rasulullah SAW: “Mencari penghasilan halal adalah sesuatu yang fardhu
setelah fardhu lainnya” (HR Al-Baihaqi) Sabda beliau yang lain: Ditanyakan
kepada Rasulullah SAW, “ Usaha apakah yang paling baik” beliau menjawab;
“Kerja seorang lelaki dengan tangannya, dan semua jual beli yang mabrur
(baik)”. Dalam riwayat lain, “Usaha apakah yang paling utama ?
(HR.Al-Bazzar dan Ahmad)
5. Bekerja pada bidang-bidang yang baik serta menghindari
segala yang diharamkan kotor (keji). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah
firman Allah : “Katakanlah tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun
banyaknya yang buruk itu menarik hatimu.” (Al-Maidah 100) Katakanlah
“siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan ) rizki yang baik
”Katakanlah : semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” (Al-a’raf :
32)
Telah sampai
kepada kita dari Muhammad SAW bahwa beliau bersabda: “Sungguh, seorang hamba
memasukkan satu suap makanan haram ke perutnya, Allah SWT tidak menerima
amalnya selama empat puluh hari, dan siapapun seorang hamba yang dagingnya
tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih baik baginya “ (HR Ath
–Thabrani )
6. Mengangkat dan mendelegasikan pekerjaan pada ahlinya
(cakap) Allah SWT berfirman: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakain
(dari harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik “
(Annisa’:5) Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang
berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”, berkata Yusuf: Jadikanlah
aku bendaharawan negara (Mesir) , sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjaga, lagi berpengetahuan”. (Yusuf: 54-55) “Sesungguhnya orang yang
paling baik yang kami ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya” (Al-Qashas: 26) Berkenaan dengan hal ini Rasulullah
SAW bersabda: “Siapa yang mengangkat seseorang sebagai pegawai (pekerja)
dari suatu kaum, padahal pada kaum itu terdapat seseorang yang diridlai
(cakap,saleh dan beriman) oleh Allah dari padanya, maka ia telah berkhianat
kepada Allah, Rasul-Nya dan orang dan orang-orang yang beriman
(HR.Al-Hakim, ia berkata:”shahihul isnad”)
7. Membayar zakat Perintah demikian berdasar firman Allah
SWT “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka, sesungguhnya
do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka (At-Taubah 103)
C. Etos kerja dalam islam
Etos berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti
watak, karakter. Toto Tasmara memaknai ethos dengan sesuatu yang diyakini,
cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.[6] John M. Echols dan Hasan Shadily
memaknai ethos adalah karakteristik, sikap, kebiasaan, atau kepercayaan dan
seterusnya yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok orang
atau manusia.[7] Secara
terminologis, ethos digunakan dalam tiga pengertian, yaitu: (1) suatu aturan
umum atau cara hidup, (2) suatu tatanan dari perilaku, (3) penyelidikan tentang
jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.[8]
Dari kata ethos, terbentuklah kata ethic
yaitu pedoman, moral dan perilaku, atau dikenal pula etiket yaitu cara bersopan
santun. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral).[9]
Dalam bekerja seorang muslim
memiliki tiga tanggung jawab, yaitu terhadap tuhan, orang lain dan diri sendiri
oleh karena itu seorang muslim harus memiliki etos kerja Diantaranya adalah
a.
Mereka
kecanduan terhadap waktu (Menyusun tujuan, realisasi, kerja, evaluasi),
b.
Hidup berhemat dan efisien
c.
Ikhlas
d.
Jujur
e.
Memiliki
komitmen (Tekad dan keyakinan, tidak mudah menyerah),
f.
Istiqomah,
g.
Berdisiplin (berhati-hati dan tanggungjawab
dalam kerja)
h.
Konsekuen dan berani
menghadapi tantangan,
i.
Memiliki sikap percaya diri ,
j.
Kreatif
k.
Bertanggung jawab (kerja sebagai amanah)
l.
Mereka bahagia
karena melayani/ menolong
m.
Memiliki harga diri
n.
Memiliki jiwa
kepemimpinan
o.
Berorientasi ke
masa depan
p.
Memiliki jiwa
wiraswasta
q.
Memiliki
insting bertanding
r.
Mandiri
(Independent)
s.
Kecanduan belajar
dan haus mencari ilmu
t.
Memiliki
semangat perantauan
u.
Memperhatikan
kesehatan dan gizi
v.
Tangguh dan
pantang menyerah
w.
Berorientasi
pada produktivitas
x.
Memperkaya
jaringan silaturahim
y.
Memiliki
semangat perubahan.
D.
Bekerja Dengan Keimanan
Sebenarnya umat Islam termasuk beruntung karena semua
pedoman dan panduan sudah terkodifikasi. Kini tinggal bagaimana menterjemahkan dan mengapresiasikan-nya dalam
kehidupan.
Setiap pekerjaan yang dilakukan, dilaksanakan dengan
sadar dalam kerangka pencapaian Ridha Allah. Cara melihat seperti ini akan
memberi dampak, misalnya, dalam kesungguhan menghadapi pekerjaan. Jika
seseorang sudah meyakini bahwa Allah SWT sebagai tujuan akhir hidupnya maka apa
yang dilakukannya di dunia tak dijalankan dengan sembarangan. Ia akan mencari
kesempurnaan dalam mendekati kepada Al Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh
kapasitas dan kemampuan inderawi yang berada pada dirinya dalam rangka
mengaktualisasikan tujuan kehidupannya. Ini bisa berarti bahwa dalam bekerja ia
akan sungguh-sungguh karena bagi dirinya bekerja tak lain adalah ibadah,
pengabdian kepada Yang Maha Suci. Lebih seksama lagi, ia akan bekerja secara profesional. Sikap tersebut berawal
dari ketakwaan individu terhadap Allah, yang berlanjut pada kesadaran bahwa
Allah melihat, mengontrol, dan menghitung seluruh amal perbuatannya secara adil
kemudian akan membalasnya dengan pahala atau siksaan . kesadaran inilah yang
menuntut individu untuk cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha
keras dalam memperoleh ridha Allah, dan memiliki hubungan yang baik dengan
relasinya.[10]
Di dalam kaitan ini, al-Qur’an banyak membicarakan
tentang aqidah dan keimanan yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada
bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan,
terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat.
Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan
negatif. Di dalam al-Qur’an banyak kita temui ayat tentang kerja misalnya
: kata ‘amilu (bekerja) di antaranya di
dalam surat an-Nahl: 97..
Di samping itu, al-Qur’an juga menyebutkan bahwa
pekerjaan merupakan bagian dari iman, pembukti bahwa adanya iman seseorang
serta menjadi ukuran pahala hukuman, Allah SWT berfirman:
“…barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh…” (Al-Kahfi: 110)
Ada juga ayat al-Qur’an yang menunjukkan pengertian kerja
secara sempit misalnya firman Allah SWT kepada Nabi Daud As.
“ Dan Telah
kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu
dalam peperanganmu…” (al-Anbiya: 80)
Dalam surah al-Jumu’ah ayat 10 Allah
SWT menyatakan :
“ Apabila Telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (al-Jumu’ah:
10)
Pengertian kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam
amatlah luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian
kerja secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk
memenuhi tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan
peningkatan taraf hidup.
BAB
IV PENUTUP
a.
Simpulan
Bekerja merupakan kegiatan yang dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja seorang muslim harus memiliki
prinsip-prinsip dan etos kerja yang tinggi serta menjadikan pekerjaan sebagai
ibadah kepada Allah.
b. Saran
Sebagai
seorang muslim, kita harus mengaplikasikan prinsip-prinsip kerja Islami yaitu kerja
harus ditegakkan diatas dasar taqwa, kerja menentukan nilai manusia, kerja
ditentukan oleh kualitas bukan kuantitas, kerja harus dilakukan dengan
ilmu, dan kerja melahirkan ilmu.
Pada sisi
yang lain, sebagai seorang muslim, juga sudah seharusnya dalam bekerja selalu
didasari oleh etos kerja Islami, yang berporoskan pada tiga tanggung jawab,
yaitu, tanggung jawab terhadap Tuhannya (Allah SWT), tanggung jawab terhadap
diri sendiri, dan tanggung jawab terhadap orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.
Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (semarang CV, Widiya karya, 2009),
Yusuf
Qardawi, Kiat Islam Mengentaskan
Kemiskinan. ( Jakarta Gema Insani pers, 1995)
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja yang Islami,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an
Julid I, (Jakarta: Gema Insani, 2005
Dr. Yusuf al-Qaradlawi, Al Sunnah, Mashdaran li
al-Ma’rifah al-Hadlarah, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997),
Muhammad, “Etika Kerja”, dalam Hidup adalah Surga,
(Jakarta: Republika,2003)
Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013), hlm.8
[1] Drs. Suharso dan Dra. Ana
Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (semarang CV, Widiya karya, 2009), cet VIIII, h 242
[2] Yusuf Qardawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. (
Jakarta Gema Insani pers, 1995)
[4] Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an
Julid I, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 196
[5] Dr. Yusuf
al-Qaradlawi, Al Sunnah, Mashdaran li al-Ma’rifah al-Hadlarah, (Surabaya: Dunia
Ilmu, 1997), hlm. 312
Alhamdulillah sangat membantu sekali makalah ini semoga barokah dan sehat selalu untuk penulis , amin amin ya rabb
BalasHapus